Tuesday, December 18, 2007

Wabah Cacar


Sudah lama tidak posting di sini. Cukup lama gak kasih berita tentang keluargaku. Sayangnya kali ini kabar yang datang adalah kabar yang kurang baik.


Bulan lalu, keluargaku terkena wabah cacar. Istri dan kedua anakku terserang penyakit yang mudah sekali menular itu. Yang pertama kali terserang
adalah Jaka. Sepertinya sistem kekebalan tubuhnya sedang kurang maksimal sehingga dia tertular virus dari saudaranya.

Dua hari pertama, Jaka mengalami demam yang cukup tinggi. Lalu muncul bintik-bintik sebagai awal dari cacar air. Walau kadang susah tapi Jaka masih terbilang rajin minum obat. Mungkin itu sebabnya dia sembuh lebih cepat dari yang lain.

Virus varicella-zoster, si biang keladi penyakit cacar, memang mudah sekali menular. Itulah sebabnya penderita cacar sangat dianjurkan untuk dikarantina. Bahkan selama dua minggu terpaksa JAka tidak bersekolah. Untungnya Jaka cukup sabar untuk menahan keinginanya main di luar rumah seperti biasanya. Dia menurut saja ketika disuruh tetap di dalam rumah dan kalau bisa bermain di dalam kamar.

Tapi di dalam rumah kan masih Alya, sang adik, juga penghuni rumah lainnya. Maklum keluargaku masih tinggal di Villa Mertua Indah. Maka akhirnya virus itupun menular ke yang lain, termasuk Alya dan ibunya.

Si cantik Alya, mulai tertular sekitar satu minggu setelah Jaka dan kemudian disusul Ria, istriku.

Selama sakit Alya cukup rewel. Mungkin karena demam atau gatal yang menyerang. Butuh kesabaran ekstra untuk merawatnya. Apalagi ibunya juga ikut terserang maka tinggal aku sendiri yang tidak sakit yang mesti memberikan perhatian lebih kepada semua anggota keluargaku yang sedang kena musibah. Perasaan capek sepulang kerja mesti dibuang jauh. Ingin rasanya melihat mereka semua kembali sehat dan ceria.

Ria, istriku, mungkin menjadi yang paling berat menjalani cobaan ini. Sebagai perempuan, penampilan adalah sesuatu yang penting. Walau aku sudah berkali-kali memberikan pengertian namun tampaknya dia tetap merasa down. Aku pikir justru yang lebih penting untuk disembuhkan adalah efek psikologis dari penyakit cacar ini.

Keadaan menjadi lebih runyam buat istriku ketika dia mulai masuk kantor setelah dua minggu istirahat. Rupanya ada saja yang teman di kantornya yang suka meledek. Sayang, seorang teman bukannya membantu tapi malah menjatuhkan mental istriku yang sedang down. Untung masih ada teman-temannya yang lain yang bisa bersikap dewasa dan berusaha menghibur.

Kini sudah sebulan lebih, penyakit cacar telah pergi. Yang tinggal hanyalah bekas luka di kulit seperti bintik hitam. Untuk Jaka dan Alya mungkin bercak hitam itu akan segera hilang. Namun untuk Ria, istriku, tampaknya tidak akan dapat kembali 100 %. Buat aku itu tidak menjadi masalah. Tapi tidak demikian dengan istriku. Sampai saat ini dia masih merasa kurang pede melihat wajahnya yang dihiasi bercak-bercak bekas cacar.

Mudah-mudahan semuanya akan cepat berlalu. Dan semoga benar kata orang kalau cacar itu hanya menjangkit sekali seumur hidup. Jangan lagi ada keluargaku yang terkena cacar. Semoga...

No comments: